Ritual Notokng

Sedikit berbagi info neh coy…. Ini tradisi asli dari kampung saya… 😀

Enjoy…….

 

Apabila kita berbicara tentang Pulau Kalimantan, kita akan ingat dengan orang atau suku Dayak. Meskipun sebenarnya masih ada suku-suku lain yang juga sebagai penduduk Pulau Kalimantan seperti suku Banjar di Kalimatan Selatan dan Melayu di daerah pantai pulau yang dimiliki oleh tiga negara ini.(Indonesia,Malaysia dan Brunai). Namun, karena orang dayak mempunyai kekhasan maka kita seolah hanya ingat Kalimatan dan Dayak.

Kekhasan orang dayak yang membedakannya dengan suku-suku lain yang lebih dulu menerima pengaruh dari luar, sangat beragam.  Kekhasan itu antara lain meliputi ritual kepercayaan, hukum adat, cara bertani,memelihara lingkungan, dan makanan.

Dari keanekaragaman ritual ini, penulis ingin memperkenalkan ritual orang dayak, khususnya ritual suku Dayak Kanayatn (ada yang melafalkannya kendayan) berupa ritual Notokng.

Dayak Kendayan adalah sebagian dari suku Dayak yang menempati wilayah Kalimantan Barat tepatnya mereka bermukim di Kabupaten Landak, dan sebagian di Kabupaten Pontianak.

Ada tradisi unik dan heroik dimasa lalu. yaitu pada masa sebelum masuknya orang-orang Barat di daerah pemukiman orang Kanayatn. Setelah masuknya orang-orang Barat (Belanda) tradisi ini dilarang karena dinilai bertentangan dengan kemanusiaan.

Tradisi ini oleh orang Dayak Kanayatn disebut “Ngayo” atau ngayau yang artinya memenggal kepala orang. Pemenggalan ini dilakukan dengan berbagai alasan. Alasan yang paling banyak adalah untuk membuktikan kepahlawanan si pelaku. Selain itu juga untuk memenuhi permintaan wanita yang dipinang atau calon istri. Biasanya wanita minta maskawin dari kepala seseorang yang dianggap musuh keluarganya.

Kalau dilihat dari sisi kemanusiaan, memang tradisi ini tidak berperikemanusiaan. Namun, ada sisi uniknya. yaitu, ketika si pelaku telah berhasil melumpuhkan korbanya, sebelum pelaku memenggal kepala korban, si pelaku menanyai si korban tentang permintaan si korban kepada pelaku.

Jawabannya biasanya adalah minta di “totongkatn”.  Ditotongkatn artinya diberi makan. Frekuensi pemberian makan itu tidak dibatasi, namun ada etika yang sepertinya disepakati bahwa paling banyak tujuh kali. Setiap satu keturunan wajib melakukan pemberian makan itu minimal satu kali. Jadi, bisa mencapai tujuh keturunan baru selesai pemenuhan permintaan itu.

Totokng wajib dilakukan, karena menurut keyakinan orang Kanayatn membunuh adalah dosa. Untuk menghindarkan keturunan pelaku dari dosa orang tuanya yang telah membunuh orang lain tadi, maka permintaan korban  yang dikayau  kepalanya itu wajib dipenuhi.

Pemberian makanan atau “totokng”  adalah ritual yang penuh magis yang luar biasa. Dikatakan luar biasa, karena bukan saja lama nya – bisa  sebulan, tiga bulan, bahkan hingga setahun- juga ritual ini menghabiskan material berupa hasil pertanian dan ternak yang tidak sedikit jumlahnya. Oleh karena itu, tidak  ada orang  yang dapat melaksanakan totokng itu setiap tahun. Seluruh keturunan si pengayau berkewajiban ambil bagian atau memberi sumbangan ketika ritual totokng itu dilakukan. Bila tidak maka dosanya tetap ada.

Sebagai gambaran besarnya ritual totokng itu sebagai berikut:

Kurban hewan berupa babi tak kurang dari sepuluh ekor dan ratusan ekor ayam. Kurban hasil pertanian, berupa ratusan kg beras buat memberi makan orang-orang yang hadir pada ritual itu.

Ritual Totokng kental dengan situasi magis. Ritual itu dibagi menjadi dua bagian waktu yaitu, waktu ngantukng adalah waktu persiapan. Lamanya waktu ngantukng tergantung kesepakatan keterunan pelaku ngayau, bisa tujuh hari,  satu bulan, tiga bulan atau satu tahun. Puncaknya,  disebut labuh.

Selama ngantukng, kepala korban  oleh penari ditenteng dengan tangan kiri, dan tangan kanan memegang mandau sambil menari-nari.  Penari tidak terbatas jumlahnya.  Mereka menari dengan berputar-putar mengelilingi sesajen yang sangat banyak jumlah dan ragam barang yang disajikan. Tari-tarian itu diiringi dengan gong sebanyak  tujuh buah dengan tujuh nada, satu rancak (set gemelan) dan satu gendang raksasa yang terbuat dari pohon besar dengan panjang bisa mencapai 4 meter yang disebut kubeh. Suara musiknya pun menghentak-hentak keras. Tarian itu dapat dilakukan oleh siapa saja dengan waktu yang tidak ditentukan.

Sore menjelang mata hari terbenam, alat-alat musik itu wajib dibunyikan guna memanggil kamang. Kamang adalah roh halus yang memberi semangat perang. Jumlah kamang diyakini ada tujuh. Kamang-kamang inilah yang akan menunut balas apabila totokng tidak dilakukan dengan benar. Balasannya berupa penyakit, mati secara tiba-tiba, muntah darah, hasil pertanian puso,  dan musibah lainnya.

Hari terakhir totokng disebut labuh. Labuh totokng dilaksanakan pada saat matahari terbenam. Sebelumnya sejumlah orang melakukan ritual pada tempat yang telah ditentukan secara turun-temurun sebagai tempat menemui roh perang. Tempat itu ditandai dengan patung, dalam bahasa Dayak Kanayatn disebut “Pantak” yang ditanam pada masa lampau dan diberi sesajen pada saat-saat tertentu. Tempat itu disebut “Padagi.” Sekembalinya dari padagi, orang -orang itu menari-nari sambil beteriak-teriak histeris, disambut dengan musik (gong,gemelan dan gendang raksasa) khas irama perang, penuh semangat. Rombongan penari itu diikuti puluhan bahkan ratusan penari bertopeng dengan berpakaian terbuat dari daun-daun pohon yang tidak beraturan karena hanya dikitkan di sekujur tubuh sehingga terlihat seperti pohon pohon bergerak.

Tari-tarian dilakukan semalam suntuk secara bergantian, kecuali para topeng yang tidak boleh bergantian. Topeng ada dua macam. Topeng berbentuk wajah manusia yang angker disebut topeng kalingkoet dan topeng berbentuk hewan buas dengan taring dan gigi yang besar, disebut topeng buta.  Buta disini bukanlah tidak dapat melihat melainkan adalah nama hantu raksasa.

Keesokan paginya, barulah upacara pemberian makan pada arwah  korban ngayau. Dengan pembacaan doa (bukan doa seperti yang ada pada agama manapun)  nama korban dipanggil lalu ditunjukkan makanannya berupa sesajen lengkap . Arwah si korban juga diingatkan agar tidak mengganggu manusia yang masih hidup. Selama pembacaan doa, musik khas totokng tidak boleh berhenti. Upacara terakhir adalah memberi para topeng makan berupa seekor ayam hidup dan sebungkus nasi untuk setiap  topeng. Setelah itu, barulah ritual dinyakan selesai.

 

(sori gak ada fotonya… soalnya masih cari2 juga yang original dari TKP-nya pak 😀 )

 

Sumber : http://www.saboro.wordpress.com , dengan beberapa penyesuaian

 

4 thoughts on “Ritual Notokng

  1. saya paulus mengucapin trima kasih kepada anda yang telah memasuka acara tritual notong tempat khusus di daerah angan tembawang,yg di laksana kn pda tgl 5 mei smpe 7 selesi. semoga acara ini bisa di kembang lagi menjadi yank terbaik bagi suku dayak.

    1. Sama-sama sodara paulus. tetapi sebenarnya cerita ini berasal dari desa saboro kecamatan Sengah Temila. Tetapi bagi saya tidak masalah dimana ritual ini terjadi, yang penting cerita dan informasi tentang hal ini bisa kita sebarkan dan bagikan kepada semua orang yang tertarik. Ya lumayan kalau suatu saat dapat menjadi daya tarik pariwisata tersendiri. 😀

    1. thanks buat komennya. kiranya kita dapat bertukar cerita juga…

      langsung cek ke tekape gan…. 😀

Leave a comment