Wasit Butuh Assisten Wasit Tambahan ( Video Assistant Referee)

Ah.. tiba-tiba pengen nulis lagi setelah sekian lama gak diapain2 nih blog… 

Kemarin dua klub sepakbola rakasasa dunia harus baku-hantam di babak 8 besar liga Champion Eropa musim 2016-2017. Real Madrid dan Bayern Munchen saling bunuh untuk bisa melanjutkan kiprah mereka di kompetisi kasta nomor 1 di Eropa.  Singkat kata… Madrid berhasil keluar sebagai pemenang setelah berjuang selama 120 menit dengan aggregat 6-3.

Ya.. namanya juga big match.. pertandingan berjalan sengit dengan tempo tinggi. Kemudian… biasanya… big match memiliki bagian yang bisa membuat para suporter berdebat panjang lebar, bahkan bertahun-tahun untuk membuktikan bahwa timnya dicurangi ataupun diuntungkan.

Ya..  kontroversi ataupun drama yang ditimbulkan. Kontroversi mengenai gol, offside,  kartu merah, kartu kuning, kartu-kartu yang lainnya… pfft.

Terlepas dari kesalahan ataupun peluang yang dihasilkan kedua tim, sepanjang pertandingan terjadi beberapa kesalahan yang merugikan Munchen dan Madrid yang disebabkan oleh pengadil lapangan. Pihak Munchen merasakan dampak yang paling besar dari kesalahan pada pengadil lapangan. Victor Kassai sebagai wasit utama dan para asistennya dituding “merampok” kesempatan Munchen untuk memenangkan pertandingan yang berjalan sengit.

Kemudian para pemain dan pelatih Munchen  berbondong-bondong menyampaikan ketidakpuasan mereka terhadap wasit yang memimpin pertandingan pada malam itu. Carlo Ancelotti sebagai juru taktik Munchen marah dan mengajukan penggunaan teknologi yang bisa membantu wasit dalam mengambil keputusan secara tepat.

Wasit banyak salahnya nih… tapi…
Melihat tensi pertandingan yang berjalan cepat maka wasit memang memiliki kecenderungan membuat kesalahan. Menurut kepala komisi wasit FIFA, si botak Pierluigi Collina, wasit-wasit UEFA dapat mengambil keputusan offside atau tidak secara tepat sampai dengan 95% tingkat keberhasilan. Kalau tempo semakin tinggi maka tingkat keberhasilan dalam menentukan offside juga semakin menurun.

Untuk itu peran teknologi dibutuhkan dalam membantu wasit. Teknologi yang dimaksud oleh Collina dan Ancelotti adalah Video Assistant Referee (VAR).

 

Trus apa itu VAR??

Menurut FIFA  tentang VAR adalah teknologi rekaman video yang dapat digunakan oleh para wasit untuk melihat kejadian ataupun keputusan yang dapat menimbulkan kontroversi.  VAR sangat membantu wasit dalam mengambil keputusan seperti menentukan goal, pinalti, kartu merah, atau salah mengindentifikasi pemain (makanya kenalan dulu gitu sit….).

Ilustrasi dari cara kerja VAR dapat dilihat pada gambar berikut.

var1_experiment_dk

Dengan kemampuan bahasa Inggris saya yang alakadarnya,  saya coba memahami isi gambar diatas dan menghasilkan penjelasan VAR bekerja seperti ini :

  1. Wasit utama akan menghubungi asisten wasit pemegang rekaman video ataupun sebaliknya untuk melihat secara detil kejadian ataupun keputusan.
  2. Rekaman video akan dilihat secara detil oleh assiten wasit  kemudian memberikan masukan kepada wasit utama berdasarkan video yang mereka lihat.
  3. Wasit utama dapat melihat video kejadian ditepi lapangan sebelum mengambil keputusan ATAU wasit utama menerima informasi dari assiten wasit yang menonton rekaman video.

 

Wah.. gak manusiawi lagi donk sepakbola kalo begitu… gak ada kontroversi dan dramanya lagi..

Masih kok  manusiawinya.. masih…. tapi….

Pada dasarnya VAR ataupun teknologi lainnya seperti Goal-Line bertujuan untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan secara tepat dalam situasi pertandingan yang sulit. Keputusan tetap ada di tangan wasit yang adalah manusia. Bisa saja dalam VAR menyatakan bahwa ada tekel keras dari pemain yang layak dapat kartu merah. Tetapi wasit tidak memberikan kartu kepada pemain karna pertimbangan tertentu.

Teknologi dalam sepakbola juga tak ubahnya dengan teknologi dalam bidang kehidupan yang lain. Contohnya seperti informasi lalu-lintas pada Google Maps yang menyatakan bahwa jalan yang ingin kita lewati itu macet parah. Cuman karna pertimbangan lainnya kita tetep aja lewat jalan tersebut. Trus.. Google Maps protes gitu?Melarang kita supaya jangan lewat jalan situ? Enggak juga kan..  Tetap suka-suka kita aja mau mau lewat situ apa nggak.

Kalo soal drama atau nggak sih dalam sepak bola mau pake teknologi kayak apa aja pasti bakal ada kontroversi dan drama. Meminjam contekan dari bung Dex Glennıza tentang drama dalam sepakbola dia nulis gini

Penggunaan “robot” ini seolah akan menjadi “tidak manusiawi” atau “mengurangi drama”. Tapi percayalah kepada saya, drama itu akan tetap ada di sepakbola. Tidak percaya? Coba kita main FIFA atau PES, perwasitan mereka sudah benar secara sistematis dan algoritma, tapi jika kita kalah, ada-ada aja alasannya buat kita mencari kambing hitam lain, misalnya: stik rusak!

wadow…. jadi berasa sendiri nih kalo maen PES suka pake jurus ini kalo lagi kalah… hihiih

So…

VAR merupakan teknologi yang terus diujicoba pada berbagai laga resmi, baik oleh FIFA ataupun oleh berberapa asosasi sepak bola di dunia. Tujuannya adalah menciptakan pertandingan yang lebih bersih dan bermutu dengan membantu  wasit dalam mengambil keputusan yang tepat.

VAR memang memiliki kekurangan, tetapi sebagai sebuah solusi rasanya sudah tepat pertandingan besar pada level yang tinggi menggunakan teknologi untuk membantu pengadil lapangan dalam mengambil keputusan. Mau sampai kapan lagi kita bersabar ketika tim kesayangan kita berjuang habis-habisan malah harus kalah karena keputusan wasit yang salah? Mau sampai kapan lagi wasit akan terus jadi kambing hitam dalam sebuah pertandingan?

hmm.. coba kita tanyakan pada si anu…

Salam..